Kaum
kafir alias non-muslim ketika sudah memasuki kehidupan di akhirat akan
menyesal mengapa mereka tidak menjadi muslim sewaktu masih hidup di
dunia. Suatu penyesalan yang tentunya tiada berguna. Ketika di dunia,
mereka mengira bahwa menjadi muslim berarti harus menjadi terhina
sebagaimana banyak dialami bangsa muslim dewasa ini. Mereka sangat
bangga menjadi orang kafir sebab mereka melihat bahwa kebanyakan
negeri-negeri maju dewasa ini justru dipimpin dan didominasi oleh kaum
non-muslim alias kafir. Mereka sangat tersilaukan oleh berbagai kemajuan
material yang diraih oleh negeri-negeri seperti Amerika, Inggris,
Perancis, Jepang, Jerman bahkan Israel.
Sebaliknya mereka sangat kecewa bahkan jijik melihat kaum muslimin di
negeri-negeri terbelakang seperti Bangladesh, Afghanistan, Nigeria dan
Indonesia. Mereka mengira bahwa status formal keagamaan bangsa-bangsa
tersebut-lah yang menyebabkan mereka menjadi terbelakang dan terhina di
dunia. Mereka kaitkan antara dominasi agama yang dianut bangsa tersebut
dengan ketertinggalan yang mereka alami. Sehingga mereka segera
menyimpulkan bahwa Islam adalah agama yang menyebabkan keterbelakangan
dan kehinaan sedangkan agama-agama di luar Islam, entah itu Nasrani,
Yahudi bahkan Shinto merupakan agama yang menyebabkan kemajuan dan
kemuliaan manusia di dunia.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena kebanyakan manusia tidak mampu
membedakan antara ajaran agama dengan penganut agama. Mereka terlalu
mudah menilai dan memvonis suatu agama sebagai baik atau buruk hanya
berdasarkan tampilan penganutnya. Jika penganutnya berpenampilan maju
dan menarik (secara standar duniawi) mereka segera memvonis agama yang
mereka anut itu pastilah baik, bahkan benar. Sementara bilamana
penganutnya berpenampilan tertinggal dan lemah (secara standar duniawi)
mereka segera memvonis bahwa agama yang mereka anut itu pastilah buruk,
bahkan batil…!
Dan bukan rahasia lagi bahwa kebanyakan negeri berpenduduk muslim
dewasa ini dalam keadaan tertinggal dan lemah secara standar dunia.
Sebaliknya, sebagian besar negeri-negeri yang disebut sebagai
negara-negara maju justru terdiri dari kebanyakan penganut agama di luar
Islam. Sungguh, sangat wajar bilamana orang kafir pada umumnya tidak
bisa menghargai ajaran Islam di zaman di mana umat Islam sedang babak
belur seperti keadaannya dewasa ini.
Oleh karena itu, biasanya orang barat kafir yang akhirnya memperoleh
hidayah Allah ta’aala dan memeluk agama Islam adalah mereka yang tidak
terjebak pada stereotype negatif mengenai ajaran Islam. Mereka sanggup
membedakan antara Islam sebagai ajaran yang datang dari Allah ta’aala
Yang Maha Benar dengan umatnya yang seringkali tidak konsisten
menjalankan ajaran mereka. Inilah orang yang potensial bersikap obyektif dan
akhirnya menemukan hidayah kebenaran cahaya agama Allah ta’aala. Di
antara mereka -misalnya- adalah mantan penyanyi terkenal Cat Stevens
yang kemudian merubah namanya menjadi Yusuf Islam.
Pantas bilamana orang Barat yang akhirnya mendapat hidayah iman dan
islam lewat mengkaji kitabullah Al-Qur’an sering berkata: ”Alhamdulillah
saya berjumpa dengan Al-Qur’an sebelum berjumpa dengan ummat Islam.
Andaikan saya berjumpa dengan ummat Islam sebelum membaca dan
mempelajari Al-Qur’an barangkali saya tidak akan pernah tertarik akan
ajaran Islam.”
Maka, saudaraku, marilah kita menjadi duta-duta agama Allah ta’aala
yang mengkampanyekan kemuliaan dan kebenaran Al-Islam betapapun zaman
yang sedang kita jalani dewasa ini tidak berfihak pada Islam dan ummat
Islam. Marilah kita persiapkan alasan di hadapan Allah ta’aala kelak di
hari berbangkit. Bila kita telah mengajak dengan gigih orang-orang kafir
alias non-muslim untuk memeluk Islam, maka tentunya mereka tidak punya
alasan untuk menyalahkan kita kelak di hadapan Allah ta’aala pada hari
pengadilan. Seandainnya mereka mengetahui betapa besarnya ganjaran yang
menunggu orang beriman di akhirat, niscaya mereka akan menyesal mengapa
mereka tidak menjadi muslim sewaktu hidup di dunia.
الر تِلْكَ آَيَاتُ الْكِتَابِ وَقُرْآَنٍ مُبِينٍ رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat
Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Qur’an yang memberi
penjelasan. Orang-orang yang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat)
menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang
muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan
dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui
(akibat perbuatan mereka).” (QS Al-Hijr ayat 1-3)
Saudaraku,
marilah kita banyak berda’wah dan mengajak kaum kafir non-muslim untuk
menjalani kehidupan Islami dan imani agar mereka selamat di dunia dan
selamat pula di akhirat. Janganlah kita bersikap bakhil ingin masuk
surga sendiri tanpa mengajak mereka berpeluang masuk surga bersama kita.
Dan janganlah kita berlindung di balik alasan ”toleransi” padahal
sejatinya kita tidak pernah peduli kemaslahatan mereka kelak dalam
kehidupan hakiki di akhirat. Wallahu a’lam.
Sumber : Eramuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar