CAPE TOWN -- Seorang akademisi lulusan Inggris,
Taj Hargey mendirikan masjid yang ia sebut terbuka untuk siapa saja.
Terbuka dalam artian, mesjid mengizinkan perempuan menjadi imam dan
menyambut kaum homoseksual.
Pembukaan masjid itu ditandai dengan digelarnya shalat Jumat pertama di 'Masjid terbuka' tersebut.
Sontak saja, keputusan Direktur the Muslim Educational Centre of
Oxford, Dr Taj Hargey yang menginisiasi pembukaan masjid itu menarik
media massa untuk meliputnya. Tentu saja, keputusan kontroversial Hargey
juga mengakibatkan ia didemo para jamaah yang terus meneriakinya.
Sebagian para pendemo itu menangis melihat masjid untuk kaum homo dibuka, dan kepada AFP, mereka mengaku menunggu bala bantuan dan akan menghentikan ulah Hargey.
Masjid yang juga terbuka bagi kalangan non muslim yang ingin datang. Akan
tetapi kalangan muslim di Cape Town mengkritik keras pendirian masjid
yang mereka sebut Kuil kaum homoseksual (Gay Temple).
Taj Hargey, dikutip dari laman iol.co, mengatakan masjid ini adalah tempat ibadah persamaan gender pertama di Afrika Selatan. Selain itu mesjid ini terbuka bagi siapa saja, baik sunni maupun syiah.
''Ini waktunya revolusi agama,'' tutur dia, dikutip dari iol.co, Senin lalu (15/9). Meski begitu badai kritik mulai menghantam karena di Cape Town sendiri tersebar pesan di whatssap dan media sosial lainnya. Kalangan muslim menyebut dia sesat.
Akan tetapi Hargey yang juga Profesor Studi Islam dan Sejarah Afrika di Universitas Oxford ini mengancam akan menuntut mereka yang menyebutnya sesat. Ia sendiri mengaku tak mendukung gaya hidup homoseksual namun terbuka kepada mereka. Ia siap untuk mendiskusikan segala hal baik seksualitas, politik dan lain-lain.
Masjid ini rupanya juga siap untuk menikahkan perempuan muslim dengan lelaki yang non muslim. Istri dari Hargey, Jacquilne Woodman sendiri adalah non muslim. ''Tetapi kita toleran terhadap agama masing-masing,'' ungkap dia.
Taj Hargey, dikutip dari laman iol.co, mengatakan masjid ini adalah tempat ibadah persamaan gender pertama di Afrika Selatan. Selain itu mesjid ini terbuka bagi siapa saja, baik sunni maupun syiah.
''Ini waktunya revolusi agama,'' tutur dia, dikutip dari iol.co, Senin lalu (15/9). Meski begitu badai kritik mulai menghantam karena di Cape Town sendiri tersebar pesan di whatssap dan media sosial lainnya. Kalangan muslim menyebut dia sesat.
Akan tetapi Hargey yang juga Profesor Studi Islam dan Sejarah Afrika di Universitas Oxford ini mengancam akan menuntut mereka yang menyebutnya sesat. Ia sendiri mengaku tak mendukung gaya hidup homoseksual namun terbuka kepada mereka. Ia siap untuk mendiskusikan segala hal baik seksualitas, politik dan lain-lain.
Masjid ini rupanya juga siap untuk menikahkan perempuan muslim dengan lelaki yang non muslim. Istri dari Hargey, Jacquilne Woodman sendiri adalah non muslim. ''Tetapi kita toleran terhadap agama masing-masing,'' ungkap dia.
Sebagai informasi,Hargey lahir di Wyberg. Ia menyelesaikan sarjana di
Universitas Amerika di Kairo dan meraih gelar doktor di Oxford.
Sumber : republika
Sumber : republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar