Translate

Minggu, 14 September 2014

Australia, Kontroversi Pembelian Kapal Selam dari Jepang

Kapal selam Kelas Soryu Jepang 

Gambar Soryu: pages.intnet.mu

Langkah Australia yang semakin dekat dengan pembelian hingga 12 kapal selam Kelas Soryu dari Jepang akan menjadi perubahan bersejarah bagi strategi pertahanan nasional dan kebijakan akuisisi militer Australia. Di satu sisi akan meningkatkan hubungan pertahanan Australia dengan Jepang, namun di sisi lain akan membangkitkan kemarahan China.

Jika nantinya memang terjadi, pembelian 12 kapal selam dari Jepang ini akan secara signifikan meningkatkan kekuatan maritim Australia, sekaligus menjadi pembelian persenjataan strategis pertama Australia dari negara Asia.


Kebijakan pembelian ini sebenarnya berada di persimpangan antara kebijakan pemerintah dan strategi pertahanan laut Angkatan Laut Australia. Termasuk bertentangan dengan kebijakan pengelolaan anggaran pertahanan, kebijakan untuk memajukan industri galangan kapal, investasi di industri pertahanan dalam negeri, dan yang tidak dapat dipungkiri adalah sisa-sisa permusuhan atas tindakan Jepang selama Perang Dunia II.


Selain itu, rencana pembelian ini berbarengan dengan persiapan kertas putih pertahanan pertama Australia dari pemerintahan Abbott, yang mana merupakan kebijakan yang menitikberatkan pengadaan alat pertahanan oleh industri dalam negeri yang dalam hal ini dikomandoi oleh Defence Materiel Organisation Australia. Indikasinya, pembelian kapal selam Soryu ini kemungkinan besar akan diumumkan sebelum kertas putih pertahanan ini dirilis, memunculkan pertanyaan mengenai relevansi kebijakan pemerintahan Abbott.

Pembelian kapal selam dari Jepang jelas akan mempererat hubungan pertahanan antara Australia dan Jepang, namun di sisi lain juga akan membuat China naik pitam, yang mana hal ini Australia enggan menyinggungnya karena khawatir muncul pembalasan ekonomi dari China. Para pemimpin China saat ini masih memiliki ingatan yang kuat atas penderitaan bangsa mereka di bawah pendudukan Jepang, terlebih lagi hingga saat ini China dan Jepang masih bersengketa wilayah seolah pembelian ini menjadikan Jepang ingin membuat aliansi untuk melawan China.

Tergantung dimana kapal-kapal selam ini akan dibuat, dirakit atau dirawat, proyek pembelian kapal selam dari Jepang ini bisa menjadi pertanda awal 'kematian' industri galangan kapal angkatan laut Australia terutama bagi Australian Submarine Corporation (ASC) di Adelaide, yang selama ini hanya menggantungkan 'hidup' dari pembelian dalam negeri Australia. ASC juga lah yang selama ini melakukan perawatan pada kapal-kapal selam Australia.


Rencana untuk mengganti enam kapal selam Kelas Collins (buatan ASC) pada pertengahan tahun 2020 dengan 12 kapal selam baru ini mungkin akan menjadi pembelian militer termahal negara ini, dengan perkiraan biaya hingga USD 40 miliar.

Bagi Australia, Soryu memiliki daya tarik tersendiri. Soryu adalah desain baru dan telah sukses dioperasikan Angkatan Laut Bela Diri Jepang sejak tahun 2009. Selain itu, pemerintah Australia tampaknya sangat terobsesi dengan dengan harganya yang murah yaitu sekitar USD 25 miliar untuk 12 kapal selam Kelas Soryu,  akan banyak menghemat anggaran pertahanan Australia.

Jepang saat ini sudah mengoperasikan 5 kapal selam Kelas Soryu, 1 unit masih menjalani uji coba laut, dan 2 unit lainnya masih dibangun dari rencana total 10 unit. Mengusung Sistem Propulsi Udara Independen (AIP) Swedia yang super 'silent', Soryu dapat terus menyelam selama dua minggu, lebih lama dari kebanyakan kapal selam diesel listrik saat ini, dan memiliki jangkauan 6.100 mil laut. Teknologi lapisan anechoic (semacam ubin) pada lambungnya akan mengurangi deteksi dari radar.

Rencana pembelian kapal selam dari Jepang ini telah menjadi bukti dari sekian banyak bukti bahwa pemerintahan Abbott menerapkan perdagangan bebas, yang mana enggan berinvestasi pada industri pertahanan dalam negeri apabila harga senjata yang ditawarkan oleh luar negeri jauh lebih murah.

 
Memang tidak dipungkiri, program pengadaan 12 kapal selam untuk menggantikan kapal selam Australia yang senilai USD 40 miliar ini akan menjadi penghalang, terlebih lagi pemerintah Australia tampaknya tidak percaya untuk menyerahkan proyek ini ke industri pertahanan dalam negeri (khawatir proyek molor dan biaya membengkak). Sedangkan harga yang ditawarkan Jepang jauh lebih murah yaitu USD 25 miliar untuk 12 kapal, tentu ini keuntungan besar bagi Australia.

Baik Abbott dan Menteri Pertahanan David Johnston tampaknya memang sangat mengagumi kapal selam Soryu Jepang. Johnston sendiri adalah politisi asing pertama yang memriksa langsung kapal selam Soryu. Dia mengatakan :"Sangat mengesankan."


Kemudian, pada konferensi Australian Strategic Policy Institute dia menggambarkan Soryu sebagai: "Desain yang paling mendekati persyaratan kita. Tidak ada kapal selam diesel listrik lainnya yang seukuran (Soryu), kita harus berbicara dengan mereka (Jepang)," katanya.

Jika jadi, sejumlah besar pekerjaan di industri pertahanan Australia akan dipertaruhkan, terutama bagi industri galangan kapal di Australia selatan. Tidak ada order maka galangan-galangan kapal ini akan menderita. Selain itu, konsekuensi pembelian ini akan mengancam suara mayoritas parlemen Tony Abbott, utamanya karena pembelian ini mengingkari rencana jangka panjang pertahanan Australia.




Sumber : artileri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar