Translate

Selasa, 09 September 2014

KRI Bung Tomo-357 Tiba di Indonesia

KRI Bung Tomo dan KRI Oswald

KRI Bung Tomo
KRI Bung Tomo-357 memasuki wilayah perairan Indonesia di sekitar Pulau Rondo, Aceh, Minggu (7/9). Kedatangannya disambut oleh KRI Oswald Siahaan (OWA-354) . Gambar: ANTARA/Joko Sulistyo/ip via Metrotvnews
Dalam perjalanannya dari Inggris sejak 16 Agustus, KRI Bung Tomo-357 yang membawa 87 ABK perwira, bintara dan tamtama serta 5 warga negara asing sebagai teknisi kapal ini sempat transit di beberapa negara.  Sementara dua KRI sekelas yang juga diakusisi TNI AL, yaitu KRI John Lie-358 dan KRI Usman Harun-359 segera akan menyusul. 
Nama kapal terakhir, Usman Harun sempat diprotes keras Singapura. Negara tetangga itu menganggap Usman dan Harun adalah teroris pelaku pemboman di Singapura pada tahun 1960-an. Namun, pemerintah tetap bersikukuh dengan nama itu, karena Usman dan Harun merupakan prajurit Marinir TNI AL yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

KRI Bung Tomo adalah Multirole Light Fregate (MRLF) atau frigat ringan buatan BAE System Maritime Naval Ship Inggris. Berdimensi panjang 95 m, lebar 12,7 m, bobot benaman 2.300 ton, dilengkapi empat motor penggerak CODAD (Combined Diesel And Diesel), KRI Bung Tomo mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 31 knot.

KRI Bung Tomo
KRI Bung Tomo-357. Gambar: Antara/Joko Sulistyo via Republika
Soal kemampuan, frigat ringan ini dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan kontrol tembak canggih, kanon Oto Melara 76 mm, kanon pertahanan udara DS 30 B REMSIG 30 mm, torpedo Thales Sensor Cutlass 242 anti kapal selam, rudal rudal permukaan ke udara Vertical Launch (VL) Sea Wolf dan rudal Exocet MM 40 Block II. Menjadikan kapal ini mampu mengatasi ancaman kapal permukaan, kapal selam dan serangan udara.
KRI Bung Tomo-357 selanjutnya akan masuk ke jajaran Satuan Kapal Eskorta TNI AL bersama frigat Kelas Van Speijk (KRI Oswald Siahaan, KRI Ahmad Yani, dll).

Untuk membeli ketiga kapal perang ini, Indonesia harus mengeluarkan dana sebesar USD 385 juta (sekitar Rp 4 triliun). Ketiganya memang bukan kapal baru, namun belum pernah dioperasikan. Pembeli (batal) sebelumnya adalah Brunei Darussalam dengan alasan mereka tidak memerlukan kapal perang sebesar itu. Menhan Purnomo Yusgiantoro pernah mengatakan bahwa pembelian ketiga kapal tersebut cukup menguntungkan, mengingat harganya hanya 20% dari yang ditawarkan pada Brunei. Kontrak pun ditandatangani pada awal 2013 lalu, kemudian ketiga kapal menjalani proses upgrade.
Sumber : artileri.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar