Translate

Selasa, 11 November 2014

Cara Agar Foto Kita Tidak di Curi di Media Sosial



Bersosialisasi di media sosial dan berbagi foto merupakan salah satu kegiatan yang cukup sering dilakukan. Namun, untuk beberapa alasan kadang kita perlu membatasi beberapa foto yang kita share agar nantinya tidak banyak beredar atau disalah gunakan. Sayangnya, beberapa media photo sharing kebanyakan tidak memberikan fitur untuk memberikan batasan terhadap foto-foto yang kita upload, kalau mau menghilangkan yaa terpaksanya kamu harus menghapus postingan foto tadi.

Untungnya ada aplikasi namanya Phantom, aplikasi yang akan memberikan akses terbatas untuk setiap foto yang kamu posting. Disini kamu bisa batasin 3 hal.

Pertama adalah jumlah viewer. Jadi ketika kamu memasukkan misalnya angka 100, aplikasi akan secara otomatis menghapus gambar tersebut setelah viewer mencapai angka 100.

 phantommm

Kedua adalah waktu, kamu bisa memasukan waktu sampai aplikasi menghapus foto kamu tadi seperti misalnya satu jam, dua jam, sehari, dua hari dan seterusnya.

Dan terakhir adalah time viewing, kalau ini untuk membatasi berapa lama orang bisa melihat fotomu. Ketiga fitur diatas dapat kamu pakai dalam satu postingan secara bersamaan.

phantom,

Sedangkan untuk cara kerja aplikasi ini mirip seperti kebanyakan aplikasi Foto Sharing Android lainnya. Kamu bisa ambil foto langsung dari kamera atau bisa juga mengambil dari gallery android, setelah itu kamu bisa mengedit foto yang kamu ambil tersebut dengan berbagai efek filter yang diberikan dan tidak lupa menentukan batasan tadi setelah selesai kamu bisa mengupload langsung fotomu tadi.

 phantomm

Nah setelah aplikasi berhasil mengunggah foto, kamu akan dapat sebuah link. Link tersebut bisa kamu share ke berbagai akun sosial media yang kamu punya seperti twitter, facebook dll. Aplikasi ini tidak akan mengintegrasikan langsung aplikasi-aplikasi tadi, namun hanya menyediakan fitur sharing url untuk mempermudah membagikan foto.

Secara keseluruhan aplikasi ini udah cukup bagus, design sederhana dan sangat intuitif. Pilihan editor dan framenya juga bisa dibilang cukup lumayan. Silakan dicoba sendir.

Sumber : aplikanologi.com

Cara Mudah Mempercepat dan Menstabilkan Sinyal di HP Samsung Galaxy


Cara mempercepat dan menstabilkan koneksi / Sinyal di Samsung Galaxy saat ini sudah sangat mudah. Tidak perlu rumit memasukkan mantra untuk mengutak-atiknya. Kita tinggal masuk ke menu setting, lalu buka more setting, selanjutnya pilih sub menu mobile network dan lanjutkan memilih sub menu network mode. Di sini kita akan melihat tiga pilihan – GSM/WCDMA (auto mode), GSM only, WCDMA only – pilih WCDMA only untuk membuat koneksi internet tetap stabil di sinyal HSDPA.


Caraya sangat simpel bukan? Memang tidak serumit dulu sehingga dapat memudahkan kita memindahkan jaringan yang kita inginkan. Sekadar perhatian, cara di atas dapat dilakukan hanya kepada keluarga Samsung Galaxy yang sudah mendukung koneksi 3G ke atas. Untuk beberapa ponsel Samsung Galaxy kelas low end, cara di atas tidak dapat dilakukan. Cara di atas juga dapat sukses menstabilkan koneksi HSDPA jika di daerah kita sudah mendukung koneksi tersebut. Kalau koneksi HSDPA belum meng-cover daerah kita, cara di atas tidak akan membuahkan hasil.

Itulah tadi mempercepat dan menstabilkan koneksi HSDPA di Samsung Galaxy. Semoga membantu (worship)

Senin, 10 November 2014

Objek Wisata yang Mengagumkan di Kabupaten Kerinci - Jambi

Kabupaten Kerinci merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Jambi yang memiliki kawasan - kawasan objek wisata yang terindah di Jambi.

Berikut ini daftar tempat kunjungan wisata yang bisa menjadi destinasi Anda dalam mengisi hari libur :


1. Gunung Kerinci





Gunung Kerinci merupakan gunung berapi yang tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3800m dpi dan masih dalam keadaan aktif. Pemandangan dari puncak Gunung Kerinci sangat memukau, kita bisa melihat danau kerinci dan danau situjuh yang berada diatas puncak bukit situjuh, serta dibagian selatan terlihat Lubuk Gadang dan Muara Labuh. Sementara diarah barat terlihat Samudera Hindia yang sangat indah. Pada areal hutan Gunung Kerinci ini kita masih bisa menjumpai hewan langka yang dilindungi Pemerintah yaitu Harimau Sumatera. Satu hal yang harus diingat, jika anda mendaki Gunung Kerinci ini jangan bermalam atau mendirikan tenda di daerah Selter I atau di daerah yang ketinggiannya dibawah 1500m dpi. Karena daerah tersebut merupakan daerah habitatnya Harimau Sumatera dan tempat mereka berburu mangsa. Usahakan untuk tidak membawa makanan yang berbau anyir atau daging mentah.

2. Perkebunan Teh Kayu Aro





Perkebunan Teh Kayoe Aro dirintis antara tahun 1925 hingga 1928 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA). Perkebunan teh ini tercatat sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia. Perkebunan teh kayoe aro seluas 3.020 hektar adalah perkebunan teh dalam satu hamparan terluas di dunia, berada pada ketinggian 1.400 - 1.600 meter dpi yang merupakan perkebunan teh tertinggi kedua di dunia setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000m dpi).


Pengawasan kualitas yang tinggi, mulai dari perawatan dan pemeliharaan tanaman, pemetikan pucuk teh, pengolahan di pabrik, hingga pengemasan dan pengiriman teh produksi PT. Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) ini menyandang nama harum sebagai teh dengan kualitas terbaik di dunia. Dengan aroma yang khas serta kualitas prima, sebagian besar teh produksi PTPN VI ini adalah untuk di ekspor.
3. Danau Kerinci 





Danau Kerinci memiliki luas 4.200 hektar dengan kedalaman 110 meter dan terletak pada ketinggian 783m dpi. Danau Kerinci banyak menyimpan jenis ikan, Ikan semah merupakan jenis ikan yang paling digemari dan  juga merupakan ikan endemik yang hanya ada di Kerinci.

Selain panorama yang alam yang indah, interaksi masyarakat sekitar dengan danau juga menyajikan kesan tersendiri bagi pengunjung, seperti para nelayan yang mencari ikan dengan peralatan tradisional seperti : pancing, tangga jaring, jala serta lukah.

4. Danau Kaco (Danau Kaca)


Danau Kaca merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Kerinci. Penamaan danau ini dengan sebutan Danau Kaca dikarenakan air danau ini sangat jernih. Jika pada siang hari terlihat seperti kaca pada jarak jauh. Danau ini terletak di Kecamatan Gunung Raya Kerinci, bisa dicapai dengan menggunakan pesawat dan akan berhenti di Bandara Depati Parbo, Kemudian melanjutkan perjalanan sktr 3 jam.

5. Danau Gunung  Tujuh 

 
Kondisi alamnya yang masih perawan dan asri menjadikan Danau Gunung Tujuh ini sebagai tujuan wisata paling favorit di Kabupaten Kerinci dan sekitarnya. Sementara, letaknya yang berada pada ketinggian 1.996m dpi menjadikan danau ini sebagai danau tertinggi di Asia Tenggara. 

 
Secara ilmiah, Danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik yang terbentuk akibat kegiatan Gunung Berapi dimasa lampau. Memiliki ukuran panjang sekitar 4,5 km dan lebar 3 km.



6. Danau Belibis




Danau Belibis termasuk danau Kaldera dengan luas sekitar 2 hektar. Danau ini terletak di lereng Gunung Kerinci yang berhutan lebat. Kondisi alam pegunungan disekitar danau masih asli dan merupakan salah satu obyek wisata yang mempunyai daya tarik khusus untuk dikunjungi. Danau yang indah ini dikelilingi oleh tebing - tebing  curam merupakan tempat minum berbagai jenis satwa dan tempat berkumpulnya belibis. Danau Belibis dapat dicapai melalui Desa Gunung Labu atau Desa Kebun Baru, jarak tempuh dari Kota Sungai Penuh lebih kurang 52 km.

7. Tanjung Pelita 



Tanjung Pelita merupakan suatu taman yang berada pada ketinggian 20 meter dari permukaan danau. Dahulu tanjung ini merupakan pemukiman penduduk dengan nama Desa Pidung yang dihuni oleh sekitar 15 rumah. Menurut orang yang dituakan, Pidung dapat diartikan sebagai hidung. Terdapat dua persepsi kenapa lokasi ini dinamakan Pidung (hidung). Pertama, bila dilihat daerah danau secara keseluruhan lokasi ini menyerupai wajah, sehingga tanah yang didiami ini (tanjung) mirip dengan hidung dan di kiri -kanannnya menyerupai pipi. Kedua, saat penggalian parit bersamaan dengan mulai didiami tanjung ini, masyarakat menemukan batu - batu yang mirip dengan hidung.

Pada tanjung ini tersedia beberapa shelter untuk bersantai serta jalan setapak yang mengelilingi tanjung sehingga keindahan danau dari berbagai sisi tanjung ini dapat dinikmati dengan lebih sempurna. Tanjung Pelita berjarak sekitar 29 km dari Sungai Penuh yang secara administratif termasuk dalam Desa Pendung Kecamatan Keliling Danau.

8. Air Terjun Telun Berasap

 

Air Terjun Telun Berasap adalah salah satu dari begitu banyak air terjun yang terdapat di Kabupaten Kerinci. Air terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 50 Meter. Sumber air dari Air Terjun Telun Berasap adalah sungai-sungai yang berhulu disekitar Gunung Tujuh, dan sumber utama airnya adalah Air Terjun Gunung Tujuh, yaitu air terjun yang mengalir dari bibir Danau Gunung Tujuh yang terdapat di puncak Gunung Tujuh. Air Terjun Telun Berasap terdapat di Telun Berasap, Gunung Tujuh, Kerinci.




Jalan Menuju Air Terjun Telun Berasap

Air Terjun Telun Berasap menawarkan panorama alam yang asri. Masyarakat setempat memberikan nama telun berasap karena keunikan air terjun tersebut yang selalu diselimuti kabut air yang seolah-olah menyerupai asap putih, akibat derasnya air yang terhempas ke batu dan menguap. Keunikan lain dari Air Terjun Telun Berasap yaitu adanya sebuah goa yang cukup luas di balik air terjun tersebut. Namun karena derasnya Air Terjun Telun Berasap membuat belum ada orang yang menyelusuri goa tersebut secara menyeluruh. Untuk menikmati keunikan dan pemandangan yang disuguhkan oleh Air terjun Telun Berasap wisatawan dapat memilih beberapa cara pertama yaitu dengan menikmati keindahan dari ketinggian disalah satu pondok yang ada disekitar air terjun. Kedua jika wisatawan cukup berani maka wisatawan juga bisa menikmati keunikan dan keindahan air terjun dengan langsung naik ke atas tepatnya dipinggir tebing Air Terjun Telun Berasap.


9. Air terjun Pancaro Rayo


Air terjun Pancaro Rayo ada juga yang menyebut Pancuran Rayo merupakan Air Terjun yang sangat menakjubkan, berada di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), tepatnya di Desa Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau


Dengan menempuh jarak 15 km menggunakan kendaraan mobil atau motor lebih kurang 30 menit dari pusat Kota Sungai Penuh kita sudah sampai di Desa Pulau Tengah, kemudian melanjutkan perjalanan dengan  berjalan kaki selama 2 jam setengah kita sudah bisa merasakan percikan embun di bawah pancuran setinggi 150 meter.

10. Danau Lingkat



Danau ini berada 1.100 di atas permukaan laut (dpl), sehingga hawanya sangat sejuk. Danau yang airnya berwarna hijau pekat tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor atau mobil. Dari Desa Lempur perjalanan hanya butuh waktu sekitar 10 menit, atau sekitar 1 jam dari kota sungai penuh. Danau ini selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal setiap hari libur biasa dan libur lebaran.


Sebenarnya masih banyak lagi objek wisata alam yang tidak kalah menariknya di Kabupaten Kerinci ini, seperti : Air terjun pendung, Air panas Semurup, Bukit Khayangan, Goa Kasah, Air terjun tujuh tingkat, dan masih banyak lagi. Namun cukup 10 saja dulu yang diposting disini, karena penulis rasa ini lebih dari cukup untuk dinikmati dalam satu minggu liburan :-)

Selamat Berwisata dan Berlibur . . .

Minggu, 09 November 2014

Objek Wisata Menakjubkan : Danau Sebening Kaca di Kerinci

Danau Kaco - Kerinci
 
Kerinci, Tidak jauh dari kaki Gunung Kerinci di Jambi, terdapat danau sebening kaca. Penduduk setempat memanggilnya Danau Kaco, alias danau kaca. Perjalanan menuju danau ini tidak mudah, namun sesuai dengan keindahannya.

Danau Kaco terletak di Kabupaten Kerinci, tepatnya di Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya. Sekitar dua jam dari Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Bagi para pendaki yang menuju Gunung Kerinci, Danau Kaco dapat dijadikan alternatif tujuan melepas lelah, setelah mendaki atau pun dijadikan pemanasan sebelum mendaki Gunung Kerinci.

Berawal dari pendakian ke Gunung Kerinci, saya beserta kedua teman yang baru bertemu, yaitu Mahardika dan Ade Isni, merencanakan untuk mengunjungi Danau Kaco yang sebelumnya pernah diceritakan oleh Bang Levi dan Murdam selama di Basecamp Jejak Kerinci, Kersik Tuo.

Setelah turun dari Gunung Kerinci, esok harinya sekitar pukul 08.00 WIB kami berangkat menuju Kota Sungai Penuh terlebih dahulu untuk memesan tiket pulang ke Kota Jambi. Kami bertiga diantar oleh Bang Levi, Murdam, dan Joni dengan mobil dari basecamp.

 

Selama perjalanan menuju Desa Lempur, sepanjang jalan kami disuguhkan hamparan kebun teh yang sangat luas, yang konon merupakan kebun teh terluas di dunia. Terkenal dengan teh kualitas terbaik, sehingga diekspor ke berbagai negara. Selain itu, Danau Kerinci juga terlihat dari jalan yang kami lalui menuju Desa Lempur.

Pukul 11.00 WIB waktu setempat, akhirnya kami pun sampai di Desa Lempur. Kurang lebih 4 jam, waktu yang kami tempuh dari basecamp di Kersik Tuo. Kemudian kami ditemani oleh Bang Ari yang merupakan warga Desa Lempur. Mobil hanya bisa mengantarkan kami sampai perkebunan warga dekat bendungan air. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan dengan jalan kaki, dan petualangan pun dimulai!

Pertama kali yang saya lihat sebelum masuk hutan adalah perkebunan milik warga, didominasi oleh tanaman cabe, pohon kayu manis, dan bambu. Setelah berjalan 15 menit dari bendungan air tadi, kami menjumpai bangunan seperti tugu. Tugu Bambu, mungkin itu namanya, karena tugu tersebut dibangun ada bentuk bambunya.

Hutan yang kami masuki ini merupakan hutan hujan tropis yang sangat lembab dan merupakan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Setelah 1 jam kami jalan kaki, akhirnya kami tiba di Shelter 1, ditandai dengan adanya papan yang terbuat dari seng yang dipasang pada pohon besar di dekat jalur.

Kami pun istirahat sejenak, minum dan makan makanan ringan yang kami bawa. Ketika istirahat sekitar 10 meni, kami melanjutkan kembali perjalanan. Jalur yang kami lalui setelah Shelter 1 ini lumayan melelahkan, jalan agak licin,
disarankan memakai sendal gunung atau sepatu untuk kenyamanan selama perjalanan.

Selang satu jam perjalanan, kami sampai di Shelter 2. Bang Ari dan Joni sampai duluan, mereka berdua jalannya cepat sekali. Mungkin sudah terbiasa dengan tempat ini. Setelah istirahat sebentar, kami melanjutkan kembali perjalanan kami menuju Danau Kaco.

Jalur setelah Shelter 2 ini sangat bervariasi, beberapa sungai kecil kami lewati dan satu sungai yang cukup besar dengan arus air yang cukup deras pun sukses kami lewati. Andaikan saja hujan deras sebelumnya, mungkin sungai besar itu pun arusnya menjadi sangat deras. Beruntung saya mengambil tongkat yang tergeletak di hutan untuk dijadikan penopang badan saya selama melewati sungai-sungai tersebut.

Kurang lebih satu setengah jam kami berjalan kaki. Dengan nafas yang terengah-engah, akhirnya sampai juga di Danau Kaco. Saya langsung teriak dan memandang sekitar danau yang memuaskan rasa penasaran saya akan danau ini.

Terpukau, itu adalah kata yang tepat dan yang saya rasakan ketika kedua mata saya pertama kali melihat kecantikan dan keindahan danau ini. Air yang jernih seperti kaca, mungkin itulah kenapa danau ini disebut Danau Kaco oleh warga setempat.

Dasar dari danau ini pun terlihat dengan jelas, walaupun kedalamannya saya perkirakan sekitar 10 meter.

Entah kenapa warna air danaunya kebiru-biruan, tapi menurut cerita Bang Levi, itu karena pengaruh dari dasar danaunya karena adanya ratu intan di dalamnya. Benar atau tidak, mungkin itu hanyalah cerita warga setempat dan telah menjadi ciri khas dari Danau Kaco.

Beberapa kali saya ambil gambar dan video danau ini, kemudian duduk istirahat di tepian danau sambil menikmati nasi bungkus yang kami bekal dari Desa Lempur. Makan nasi bungkus dengan lauk dendeng batokok menjadi menu kami waktu itu, sangat nikmat sekali apalagi sambil melihat ikan-ikan yang terlihat dengan jelas dari tepian Danau Kaco ini.

Rasanya seperti memiliki akuarium raksasa, bisa melihat ikan-ikan dengan airnya yang sangat jernih dan terlihat secara jelas. Namun ini merupakan akuarium alam yang disuguhkan oleh Sang Maha Kuasa.

Menurut Bang Murdam dan Ari, ikan-ikan tersebut boleh dipancing dan dimakan di sekitar danau, tapi tidak boleh dibawa pulang. Mungkin itulah kearifan lokal warga sekitar untuk menjaga kelestarian alamnya.

Menurut mereka berdua, Danau Kaco tidak sengaja ditemukan oleh para pemburu burung pada tahun 2000, dan mulai terekspos pada tahun 2011-2012.

Kami hanya menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk menikmati keindahan surga tersembunyi di tanah kerinci ini. Ingin rasanya mendirikan tenda dan bermalam di tepian Danau Kaco. Andai saja kami masih punya waktu lebih, mungkin keinginan itu bisa terealisasi. Namun apa daya, esok hari kami bertiga harus kembali lagi ke Kota Jambi untuk pulang ke kota kami masing-masing.

Mahardika pulang ke Palembang, sedangkan saya dan Ade Isni ke Jakarta. Sekitar pukul 15.30 WIB kami memutuskan untuk turun kembali ke bendungan air, tempat Bang Levi memarkirkan mobil yang akan mengantarkan kami kembali ke kota Sungai Penuh. Sebelumnya kami ambil beberapa foto lagi sebagai kenang-kenangan dari surga tersembunyi di tanah Kerinci, Danau Kaco.

Dua setengah jam kami jalan kaki, turun menuju bendungan air dekat perkebunan warga. Memang lebih cepat, karena jalan kami pun dipercepat. Setibanya di bendungan air, kami langsung berangkat ke Kota Sungai Penuh untuk mengejar waktu, sampai agen travel yang akan mengantarkan kami menuju kota Jambi.

Selama perjalanan saya hanya bisa melihat-lihat keindahan Danau Kaco dari foto-foto dan video dari kamera saja. Satu minggu rasanya tidak cukup untuk menjelajahi tanah Kerinci. Mungkin suatu saat nanti saya akan kembali lagi untuk menikmati keindahan dari tanah kerinci ini.

Mendapatkan yang indah itu memang tidak mudah. Tiga setengah jam untuk sampai tempat ini dan dua setengah jam untuk turun dari tempat ini, tapi selamanya saya akan mengingat tempat indah ini. Kami bertiga pun terlelap dalam mobil travel menuju kota Jambi.


Sumber : DetikTravelCommuniy

Melayu Tua Ternyata Ada Di Kerinci - Jambi



Gunung Kerinci - Jambi

Kerinci – Salah satu periode kegelapan dalam Lintasan Sejarah Sumatera adalah masa antara abad pertama sampai abad kelima Masehi. Catatan sejarah dari Cina pertama kali muncul pada tahun 645 M dimana Kerajaan Malayu (Minanga) mengirim utusan ke Cina (catatan Wang Pu). Pada rentang tahun 1 M – 644 M praktis tidak ada catatan Cina yang menyebut daerah sekitar Sumatera.

Meskipun demikian ada catatan-catatan tentang daerah di laut selatan (Kepulauan Nusantara) yang mengirim utusannya ke Cina pada rentang 441 M – 563 M. Daerah yang disebut itu adalah Kerajaan Koying dan Kerajaan Kantoli.

Diluar catatan sejarah ada pula dua kerajaan yang disebut-sebut pernah ada di Sumatera sebelum tahun 500 M yaitu Kerajaan Kandis yang beribukota di Istana Dhamna dan Kerajaan Koto Alang. Sumber cerita tentang kedua kerajaan itu adalah Tombo Lubuk Jambi. Untuk sementara kita tinggalkan pembahasan yang sifatnya ahistoris dan legendaris dan fokus pada dua kerajaan pertama yaitu Kerajaan Koying dan Kerajaan Kantoli.

Kerajaan Koying

Keberadaan Kerajaan Koying diidentifikasi berdasarkan catatan yang dibuat oleh K’ang-tai dan Wan-chen dari Dinasti Wu (229-280) tentang adanya negeri Koying. Tentang negeri ini juga dimuat dalam Ensiklopedia T’ung-tien yang ditulis oleh Tu-yu (375-812) dan disalin oleh Ma-tu-an-lin dalam ensiklopedia Wen-hsien-t’ung-k’ao (Wolters 1967: 51).

Diterangkan bahwa di Kerajaan Koying terdapat gunung api da kedudukannya 5.000 li di timur Chu-po (Jambi ?). Di utara Koying ada gunung api dan di sebelah selatannya ada sebuah teluk bernama Wen. Dalam teluk itu ada pulau bernama P’u-lei atau Pulau. Penduduk yang mendiami pulau itu semuanya telanjang bulat, lelaki maupun perempuan, denga kulit berwarna hitam kelam, giginya putih-putih dan matanya merah. Mereka melakukan dagang tukar menukar barang atau barter dengan para penumpang kapal yang mau berlabuh di Koying seperti ayam dan babi serta bebuahan yang mereka tukarkan dengan berbagai benda logam. Melihat warna kulitnya kemungkinan besar penduduk P’u-lei itu bukan termasuk rumpun Proto-Negrito atau Melayu Tua yang sebelumnya menghuni daratan Sumatera.

Menurut catatan Cina, Koying memiliki pelabuhan dan telah aktif mengadakan perdagangan, terutama dengan berbagai daerah di Pantai Barat Sumatera. Catatan Cina tentang hal itu didapatkan dari sumber India dan Funan (Vietnam) karena pengiriman utusan perdagangan langsung dengan Cina belum dilakukan. Dilaporkan selanjutnya bahwa Koying berpenduduk sangat banyak dan menghasilkan mutiara, emas, perak, batu giok, batu kristal dan pinang.

Dimanakah Kerajaan Koying?

Sampai saat ini belum ada kesepakatan dari ahli sejarah tentang lokasi kerajaan ini, namun ada beberapa pendapat yang mengajukan Kerinci sebagai pusat Kerajaan Koying. Pendapat ini disokong antara lain oleh penulis artikel Kerajaan Koying di Wikipedia. Artikel tersebut tidak menyertakan sumber tulisan yang dapat ditelusuri mengenai keterkaitan Kerinci dengan Koying, sehingga dapat dianggap hanya opini atau hipotesa dari penulis artikel.

Apalagi pada akhir tulisan dihubung-hubungkan dengan Tambo Alam Kerinci.
Pendapat penulis artikel ini sepertinya berdasarkan kepada:
  • Catatan yang menyebutkan bahwa Koying terletak di Timur Chu-po (yang diinterprestasikan sebagai Jambi).
  • Keberadaan Gunung Api di Utara Koying (ditafsirkan sebagai Gunung Kerinci)
  • Penemuan keramik Cina yang berasal dari zaman Dinasti Han di Cina (202 SM s.d 221 M), barang-barang tersebut berupa guci terbuka, guci tertutup, mangkuk bergagang dan wada berkaki tiga tempat penyimpanan abu jenazah. Benda-benda keramik yang telah ditemukan kelihatannya bukan barang kebutuhan sehari-hari, melainkan barang-barang yang sering digunakan untuk upacara sakral bagi keperluan wadah persembahan. Penemuan benda-benda yang berasal dari negeri Cina sebagaimana diungkapkan di atas, menunjukkan adanya jalur perdagangan atau kontak dagang baik secara langsung maupun tidak langsung antara penduduk negeri Koying dengan penduduk dari daratan negeri Cina.
Dari uraian diatas terlihat titik berat pendapat ini adalah keberadaan keramik-keramik tersebut dan penafsiran Chu-po sebagai Jambi. Menurut penulis kedudukan Chu-po ada di muara pertemuan dua sungai (Muara Tembesi) padahal deskripsi tentang daerah di muara pertemuan dua sungai ini adalah deskripsi untuk Chen Pi (Jambi). Istilah Chen Pi baru muncul setelah Abad Kesepuluh Masehi. Penulis membelokkan Chu-po menjadi Chen Pi dengan mudahnya untuk mendukung pendapatnya.

Penemuan keramik juga tidak bisa secara langsung dijadikan fakta pendukung berdirinya sebuah kerajaan pada masa pembuatan keramik tersebut. Keramik pada masa Dinasti Han (202 SM s.d 221 M) bisa saja diperdagangkan ratusan tahun setelah masa pembuatannya, bahkan sampai saat sekarang ini.

Apalagi penulis sengaja mengesampingkan fakta yang terdapat dalam catatan yang sama, yaitu:
  • Selain terdapat Gunung Api di Utara Koying, juga terdapat sebuah teluk besar di Selatannya. Teluk ini bernama Teluk Wen yang di dalamnya terdapat sebuah pulau.
  • Koying merupakan daerah penghasil mutiara, emas, perak, batu giok, batu kristal dan pinang. Penduduknya juga sangat banyak. Sebagai penghasil mutiara, tentulah tidak mungkin kalau lokasi Koying berada di Alam Kerinci yang sangat jauh di pedalaman Sumatera.
  • Dalam tulisan yang sama disebut nama Raja Koying adalah Dewawarman, yaitu berdasarkan catatan yang dibuat pada masa Kaisar Wu Di (140 SM – 87 SM) dari Dinasti Han. Catatan tersebut menyebutkan telah terdapat hubungan resmi antara Dinasti Han dengan sebuah kerajaan di Jawa atau Sumatera yang rajanya bernama Diao Bian (Dewawarman) dalam perdagangan mutiara, batu-batu permata, barang-barang antik, emas dan bermacam kain sutra. Catatan sejarah menunjukkan Dewawarman adalah gelar raja-raja di Kerajaan Salakanagara, yang berdiri di pesisir barat Pandeglang, Banten dari tahun 130 M – 362 M.
  • Disamping poin-poin diatas, analisa Geografi berdasarkan peta yang kami sajikan dibawah ini menunjukkan sangat susah untuk mencapai Alam Kerinci dari Pantai Timur Sumatera. Kerinci hanya bisa diakses dengan menelusuri salah satu anak sungai Batanghari yaitu Batang Merangin yang berhulu di Danau Kerinci, dari sana harus menyebarangi Danau Kerinci untuk mencapai dataran Alam Kerinci yang subur itu. Peninggalan sejarah Kerinci umumnya ditemukan di dataran Kerinci yang berbentuk lembah sepanjang Batang Siulak yang bermuara di Danau Kerinci. Daerah aliran sungai (DAS) Batang Merangin ini bukanlah dataran rendah seperti DAS Batanghari, namun berbukit-bukit dan arusnya sangat deras. Sungai ini masih lebar sampai daerah Kota Bangko, selanjutnya ke hulu akan sangat sulit untuk dilayari. Jarak dari Bangko sampai Hulu Batang Merangin ini ada 90 kilometer.

Tugu Macan latar Belakang Gunung Kerinci, Kersik Tuo - Kerinci


Alternatif Lokasi Kerajaan Koying
 
Sebelum mencari lokasi yang logis untuk Kerajaan Koying, alangkah lebih baiknya kita sajikan fakta tentang jalur perdagangan yang melintasi Kepulauan Nusantara pada abad pertama dan kedua Masehi.

Berita yang paling meyakinkan tentang hubungan Nusantara dengan Eropa, India dan Cina adalah dengan ditemukannya peta yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus. Peta ini dibuat pada tahun 165 M. berdasarkan tulisan geograf Starbo (27 – 14 SM) dan Plinius (akhir abad pertama masehi). Dalam peta ini digambarkan tentang jalur pelayaran dari Eropa ke Cina dengan melalui: India, Vietnam, ujung utara Sumatra, kemudian menyusuri Pantai Barat Sumatra, Pulau Panaitan, Selat Sunda, terus melalui Laut Tiongkok Selatan sampai ke Cina (Yogaswara, 1978: 21-38).
 
Sekarang mari kita rangkum poin-poin dalam Catatan Wan Chen dalam konteks jalur perdagangan yang melintasi Nusantara pada abad pertama dan kedua Masehi (165 M – 280 M):
  • Hubungan dagang Koying dengan Cina adalah dalam hal perdagangan mutiara, emas, perak, batu giok, batu kristal dan pinang.
  • Gelar Raja adalah Dewawarman (Diao Bian)
  • Koying terletak di sebelah Timur Chu Po, penduduknya sangat banyak
  • Di sebelah utara terdapat Gunung Api
  • Di sebelah selatan terdapat Teluk Wen yang memiliki pulau di dalamnya.
  • Pulau tersebut didiami oleh penduduk yang semuanya telanjang bulat, lelaki maupun perempuan, dengan kulit berwarna hitam kelam, giginya putih-putih dan matanya merah. Mereka melakukan perdagangan tukar menukar barang atau barter dengan para penumpang kapal yang hendak berlabuh di Koying seperti ayam dan babi serta buah-buahan yang mereka tukarkan dengan berbagai benda logam.
Dari poin-poin diatas, perkenankanlah saya menyimpulkan bahwa Kerajaan Koying tidak lain adalah Kerajaan Salakanagara sendiri. Semua poin yang ada dalam catatan Wan Chen didukung oleh fakta geografis dan historis berikut:
  • Di pesisir barat Pandeglang, Banten terdapat daerah dengan karakteristik yang sangat cocok dengan deskripsi geografis catatan Wan Chen. Terdapat Gunung Api di Utara (Gunung Krakatau Tua di lautan serta Gunung Pulasari dan Gunung Karang di daratan dekat pesisir barat). Pada saat ini Gunung Krakatau belum meletus sehingga tampak lebih besar dari sekarang.
  • Di sebelah selatan terdapat dua teluk yang cukup besar, salah satunya Teluk Ujung Kulon, dan terdapat pulau di sebelah utara teluk (Pulau Panaitan atau Pulau Sumur)
  • Chu po lebih sering ditafsirkan sebagai Jawa, bukan Jambi. Dinasti Song masih menyebut Kerajaan Medang pada abad keenam sebagai Cho Po.
  • Penduduk pulau-pulau kecil di Selat Sunda dan Pantai Barat Sumatera (khususnya Pulau Enggano) adalah bangsa Melayu Tua yang berkulit lebih gelap. Beberapa catatan Bangsa Eropa menyebutkan karakteristik yang sama dengan catatan Wan Chen tentang penduduk pulau-pulau kecil.
  • Dewawarman adalah gelar raja-raja di Kerajaan Salakanagara, yang berdiri di pesisir barat Pandeglang, Banten dari tahun 130 M – 362 M.
  • Kerajaan Salakanagara sendiri pernah diperintah oleh bangsawan yang tersingkir dari India Selatan yaitu dari Kerajaan Salankayana. Menurut Prasasti Allahabad, Raja Samudragupta telah mengalahkan Raja Hastiwarman dari keluarga Salankayana dan mengalahkan Raja Wisnugopa dari keluarga Pallawa. Pada tahun 270 saka (348 Masehi) seorang Maharsi dari keluarga Salankayana hijrah ke pulau-pulau sebelah selatan India bersama para pengikutnya yang terdiri dari pengiring, tentara, dan penduduknya melarikan diri dari musuhnya Samudragupta.
Kerajaan Kantoli / Kandali / Gandhari

Menurut catatan yang dibuat dalam pemerintahan Kaisar Wu dari Dinasti Liang (502-549), kerajaan Kandali mengirim utusannya ke Cina pada tahun 502, 519 dan 520. Dilaporkan juga bahwa kerajaan Kandali berada di laut selatan dan adat kebiasaan penduduknya seperti Kamboja dan Campa. Hasil buminya meliputi; bahan pakaian berbunga (tenun ikat), kapas, dan pinang bermutu tinggi.
 
 
Sumber : kerincitime.co.id