Translate

Senin, 23 Maret 2015

Rusia Ancam Serang Denmark Jika Bergabung Dengan NATO

Russia mulai mengeluarkan ancaman terhadap NATO yang berniat menjaga keamanan negara-negara Baltik. Salah satunya memperingatkan Denmark agar tak bergabung dengan sistem pertahanan rudal NATO karena membuat angkatan laut negeri itu menjadi sasaran sah serangan nuklir Rusia.

Rusia Ancam Serang Denmark Jika Bergabung Dengan NATO
Sepanjang 2014, AU Denmark mengerahkan jet-jet F-16 sebanyak 58 kali untuk mengusir pesawat-pesawat militer Rusia yang masuk ke wilayah udara negeri itu.

"Saya kira Denmark tak benar-benar memahami konsekuensinya jika bergabung dengan sistem pertahanan rudal yang dipimpin AS. Jika mereka tetap bergabung maka kapal-kapal perang Denmark akan menjadi target rudal nuklir Rusia," kata Mikhail Vanin, Duta Besar Rusia untuk Denmark kepada harian Jylland-Posten, Sabtu (21/3/2015).

"Denmark menjadi bagian ancaman untuk Rusia. Akibatnya negeri itu menjadi kurang aman dan hubungannya dengan Rusia juga memburuk. Tapi semuanya adalah keputusan pemerintah Denmark. Saya hanya mengingatkan bahwa keuangan dan keamanan negeri ini akan menderita," ujar Vanin.

"Di saat yang sama Rusia memiliki rudal yang pasti bisa menembus sistem pertahanan rudal di masa depan," ancam Vanin.

Menteri Luar Negeri Denmark Martin Lindegaard langsung bereaksi terhadap ancaman Rusia tersebut. Dia menyebut pernyataan Dubes Vanin itu sama sekali tak dapat diterima.

"Jika benar dia mengucapkan pernyataan itu, maka pernyataan tersebut tak bisa diterima. Rusia sangat memahami bahwa sistem pertahanan rudal NATO murni bersifat bertahan dan tidak mengincar Rusia," ujar Lindegaard.

"Dalam banyak isu penting kami banyak bertentangan dengan Rusia, namun kami juga bekerja sama misalnya di Artik sehingga sangat penting untuk menjaga tensi hubungan antara kedua negara tidak memanas," tambah Lindegaard.

Pernyataan Dubes Vanin itu dikeluarkan tak lama setelah angkatan bersenjata Denmark merilis rincian gangguan di wilayah udara negeri itu.

Militer Denmark mengatakan telah mengerahkan skuadron jet tempur F-16 sebanyak 58 kali sepanjang 2014 untuk mengusir pesawat-pesawat tempur Rusia. Angka itu meningkat dua kali lipat dibanding pada 2012. (Tribun)

Amerika Serikat Akui Su-35 Sebagai Jet Tempur Paling Kuat

"Su-35 mampu meluncurkan senjata pada kecepatan supersonik tinggi sekitar Mach 1,5 pada ketinggian lebih dari 45.000 kaki. Sementara  F-35 akan banyak beroperasi di kisaran 30.000 kaki pada kecepatan sekitar Mach 0,9."

Sukhoi Su-35S Flanker-E adalah jet tempur yang paling kuat saat ini yang beroperasi di Angkatan Udara Rusia. Pesawat tempur bermesin ganda ni, merupakan turunan Su-27 yang lahir pada era Uni Soviet.

Su-35 diakui Amerika sebagai jet tempur paling kuat saat ini
Su-35 diakui Amerika sebagai jet tempur paling kuat saat ini

Jet tempur SU-35S merupakan pesawat dengan kemampuan terbang tinggi, cepat serta kemampuan membawa muatan yang besar. Dikombinasikan dengan peralatan avionic yang canggih, membuat Su-35 sangat berbahaya untuk setiap pesawat tempur AS. Barangkali hanya F-22 Raptor yang mampu mengimbangi pesawat super maneuver ini.

“Ini adalah pesawat yang besar dan sangat berbahaya, terutama jika mereka dalam jumlah besar,” kata seorang pejabat senior militer AS yang punya pengalaman luas dengan pesawat generasi kelima. “Saya pikir bahkan radar AESA [active electronically scanned array-radar yang dipasang di F-15C Eagle) dan Boeing F/A-18 E/F Super Hornet akan sulit untuk melawan Su-35.

Seorang pilot Super Hornet Amerika alumni sekolah elit Top Gun memberi penilaian serius tentang pesawat ini. “Menurut saya peluang Su-35 melawan sebagian besar platform kami sangat tinggi, dengan mungkin pengecualian dari F-22 dan F-15C,” kata penerbang angkatan laut itu. “Saya menduga F/A-18 E/F dapat menahan mereka  dan F-35 pesawat siluman akan menjadi lawan sulit bagi Flanker-E.”

Tapi seorang pejabat Angkatan Udara yang berpengalaman di Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter mengatakan bahwa Su-35 bisa menimbulkan tantangan serius bagi jet siluman Amerika yang baru. F-35 dibangun terutama sebagai jet tempur yang tidak memiliki kecepatan atau kemampuan terbang tinggi seperti yang dimiliki Su-35 atau F-22. “Kemampuan Su untuk terbang tinggi dan cepat merupakan masalah besar, termasuk untuk F-35,” kata pejabat Angkatan Udara.

F-22 U.S. Air Force di Joint Base Elmendorf-Richardson, Alaska
F-22 U.S. Air Force di Joint Base Elmendorf-Richardson, Alaska

Sebagai jet tempur superioritas udara, keuntungan utama adalah kombinasi kemampuan ketinggian dan kecepatan yang tinggi  yang memungkinkan jet tempur memiliki kekuatan maksimum untuk menyerang, terutama dengan menggunakan rudal udara ke udara jarak jauh.

Su-35 mampu meluncurkan senjata pada kecepatan supersonik tinggi sekitar Mach 1,5 pada ketinggian lebih dari 45.000 kaki. Sementara  F-35 akan banyak beroperasi di kisaran 30.000 kaki pada kecepatan sekitar Mach 0,9.

Su-35 Flanker dibangun dengan badan pesawat yang kuat, yang terbukti telah melebihi kinerja aerodinamis dari Boeing F-15 Eagle. Tetapi Su-35 justru lebih ringan, memiliki daya dorong vectoring tiga dimensi, avionik canggih dan kemampuan jamming yang kuat.

“Mesin yang kuat besar, kemampuan supercruise untuk waktu yang lama dan avionik yang sangat baik membuat platform ini benar-benar sulit tertandingi,” kata salah seorang pilot Raptor. “Peswat ini dianggap sebagai generasi 4++  karena di dalamnya memiliki kemampuan yang lebih. Jet ini  memiliki radar scan pasif dengan kemampuan boresight besar dan jamming Suite yang sangat baik.”

Penambahan kemampuan electronic attack (EA) atau serangan elektronik memperumit masalah bagi jet tempur Barat karena jammer canggih dari Flanker dapat membutakan radar darat  dan efektif mengacauakan radar onboard termasuk radar rudal udara ke udara AIM-120 AMRAAM buatan Amerika.

Bahkan pesawat siluman terbaru F-35 akan sangat sulit melawan Su-35
Bahkan pesawat siluman terbaru F-35 akan sangat sulit melawan Su-35

Selanjutnya, pejabat Angkatan Udara menambahkan bahwa versi modern dari jet tua Amerika akan dalam masalah serius ketika menghadapi flanker varian baru “Saya akan mengatakan generasi keempat kami dengan kemampuan AESA bukan tantangan besar,” kata pejabat itu.

Menurut mereka penambahan radar AESA tidak benar-benar memecahkan masalah. “Kami-Departemen Pertahanan AS sudah berusaha tetapi belum mampu untuk mengejar kemampuan EA,” kata pejabat Angkatan Udara yang juga berpengalaman di F-22 Raptor.

Keunggulan lain adalah kemampuan Su-35 membawa rudal udara ke udara dalam jumlah besar. “Satu hal yang saya sangat suka tentang Su-35 adalah bahwa pesawat ini seperti truk berteknologi tinggi dapat membawa satu ton rudal udara-ke-udara,” kata pilot Angkatan Laut.

Meski di atas kertas, Su-35 memang sangat menakutkan, tetapi salah satu pilot F-22 menambahkan “Apakah mereka bisa menerjemahkan itu ke dalam taktik (jika tidak maka tidak ada gunanya)”

Rusia mulai bangun kapal selam generasi kelima

Angkatan Laut Rusia memberi proyek pengembangan dan pembangunan kapal selam generasi kelima,” kata Panglima Angkatan Laut Rusia, Admiral Viktor Chirkov, Kamis lalu (19/3), seturut Kantor Berita TASS.

Tidak disebutkan kode proyek atau calon nama kapal selam generasi kelima Rusia itu. 

Rusia mulai bangun kapal selam generasi kelima
Akula / Typhoon Submarine

“Kami telah memformulasikan keperluan pertahanan dan sektor industri guna membangun generasi kelima kapal selam itu. Ini masih berjalan. Tidak akan ada jeda dalam pengembangan dan perancangan kapal selam ini,” katanya, dalam peringatan Hari Kapal Selam Rusia, yang dikutip dari Jakarta, hari ini.

Rusia diketahui sejak lama memiliki armada kapal selam yang sangat diperhitungkan dunia. Mereka sangat mengedepankan kerahasiaan teknologi, taktik, dan operasi kapal-kapal selam itu.

Mereka mengembangkan kapal selam secara sangat spesifik, mulai dari untuk misi serang kapal selam, peluncur peluru kendali, pengintaian, pijakan peluncur peluru kendali nuklir, dan lain sebagainya.

Kelas yang paling besar dan paling menggentarkan pada jamannya adalah kapal selam nuklir kelas Akula yang oleh NATO dinamakan kelas Typhoon; di antaranta adalah Red October.

Sistem propulsinya menjadi hal yang sangat mengagetkan ahli rancang-bangun dan strategi kapal selam, yaitu teknologi Caterpillar, yang tidak memakai baling-baling laiknya kapal selam konvensional.

Menurut Chirkov, keperluan pengembangan kapal selam generasi kelima itu dipicu kerangka waktu dan daur waktu alami operasionalisasi kapal perang dan kapal selam. Juga perkembangan teknologi pembangunan kapal dan teknik terkait pembuatan kapal selam.

“Rusia harus memandang jauh ke depan dalam pengembangan armada kapal selamnya, untuk menghindari stagnansi,” kata dia.

“Dalam pengembangan kapal selam generasi kelima ini, biro perancangan dan perusahaan terkait harus mengikuti persyaratan sangat ketat yang kami ajukan agar kapal selam itu lebih tidak bisa dilacak musuh. Kapal selam kami kini semuanya telah dilengkapi sistem pengintaian otomatis dan perlengkapan peringatan dini,” kata dia.

Pada jangka panjang, kata dia, mereka telah merencanakan membangun kapal selam unggulan dan membangun generasi berikutnya berbasis pijakan terintegrasi, melibatkan serangkaian badan kapal terintegrasi moduler multifungsi dalam berbagai ukuran, dan menciptakan sistem robotik multifungsi.

“Ini semua untuk memelihara tingkat kesiapan perang dari sistem kapal selam nuklir strategis yang kini ada dan juga persenjataan dasar,” kata dia.

India Siapkan $ 25 miliar untuk Pesawat Tempur Siluman Rusia-India

India siap untuk menginvestasikan $25 miliar dalam pembangunan bersama pesawat tempur generasi kelima Rusia-India (Fifth Generation Fighter Aircraft, FGFA) dan berencana untuk membeli 127 diantaranya, lapor TASS dengan mengacu pada Times of India dan Departemen Pertahanan India.

India Siapkan $ 25 miliar untuk Pesawat Tempur Siluman Rusia-India

Sejauh ini masa depan proyek FGFA nampak jelas setelah pelaksanaan kontrak pertama ditandatangani pada bulan Desember 2010 untuk pengembangan desain rinci jet tempur siluman senilai $259 juta.

Saat ini Kementerian Pertahanan sedang mencoba untuk mempercepat pengembangan pesawat tempur Rusia-India, menurut sebuah sumber yang bisa dipercaya mengungkapkan bahwa ini dapat dihubungkan dengan kemungkinan kegagalan negosiasi pengiriman 126 jet tempur Rafale (diproduksi oleh Dassault) untuk angkatan udara India.

Ia percaya bahwa,“ New Delhi bersedia untuk mempercepat pengembangan FGFA dan menempatkan pesawat tempur siluman pertamanya masuk ke dalam jajaran angkatan udaranya dalam satu setengah tahun bukan 94 bulan seperti yang awalnya direncanakan.

Dalam hal ini akhirnya pihak India tidak bersikeras memaksakan perakitan semua jet siluman itu di perusahaan Hindustan Aeronautics Limited (HAL) dan pihak India setuju untuk mengoperasikan jet tempur versi kursi tunggal seperti milik Rusia untuk menurunkan biaya proyek dan mempercepat peluncuran pesawat tempur produksi massal, “tambah sumber itu.

NATO dan Rusia Bersiap Adu Kekuatan Militer

Perseteruan antara NATO dan Rusia kini makin memanas. Pada Rabu ini Rusia menuduh NATO mengalah pada naluri "Perang Dingin" setelah aliansi itu menghentikan semua kerja sama dengan Moskow terkait krisis Crimea.

NATO dan Rusia Bersiap Adu Kekuatan Militer

"Naluri dasar dari Perang Dingin telah terbangun di NATO," kicau Twitter resmi Misi Rusia untuk NATO mengutip statemen Diplomat Alexander Grushko.

"Aliansi berada di bawah ancaman! Sepertinya, pembayar pajak akan harus membayar untuk permainan militer," katanya.

Pernyataan Rusia ini menyikapi keputusan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen yang mengatakan bahwa NATO menghentikan semua kerja sama praktis dengan Rusia, baik militer maupun sipil terkait aksi pencaplokan Moskow atas Semenanjung Crimea. Apalagi diketahui, pasukan Rusia tetap saja berada dekat perbatasan Ukraina.

Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin mencemooh pengumuman itu dan berkomentar bahwa itu dibuat pada Hari April Mop.

"Terakhir kali (tahun 2008) mereka (NATO) melakukan pembekuan selama tiga bulan dan dicairkan pada Desember," katanya merujuk pada perang singkat Rusia dengan negara tetangga Georgia.

"Apa yang bisa saya katakan: itu adalah Perang Dingin dan mereka masih beku," kicaunya di akun di Twitter .


NATO Siapkan Pasukan Reaksi Cepat


NATO menangguhkan semua kerja sama militer dengan Rusia sebagai protes atas pencaplokan Crimea. Aliansi pertahanan itu juga memerintahkan para perencana militer untuk merancang langkah-langkah memperkuat pertahanannya dan menjamin negara-negara Eropa timur yang mulai was-was atas situasi yang berkembang di kawasan tersebut.

Para menteri luar negeri dari 28 negara anggota aliansi pimpinan Amerika Serikat itu untuk pertama kali bertemu sejak pendudukan wilayah Crimea oleh Rusia.

Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan aksi-aksi Rusia berarti tak ada "bisnis seperti biasa". "Kami menangguhkan semua kerja sama praktis dengan Rusia, militer dan sipil," tegasnya.

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan hubungan masa depan NATO dengan Rusia akan bergantung pada apakah Rusia mulai menarik pasukan dari perbatasan Ukraina itu.

Para menteri juga memerintahkan komandan-komandan militer untuk merancang penguatan pertahanan NATO guna menjamin kepercayaan di antara anggota-anggota aliansi itu di Eropa timur termasuk bekas republik-republik Soviet di Baltik, yang akan dibela NATO.

Langkah-langkah tersebut bisa mencakup pengerahan tentara NATO dan peralatan ke sekutu-sekutu di Eropa timur, mengadakan latihan-latihan lagi, menjamin pasukan reaksi cepat NATO dapat dikerahkan dengan lebih cepat dan meninjau ulang rencana-rencana militer NATO.